Skip to main content

Pakaian Para Pendaki


Pegunungan adalah lingkungan yang memiliki suhu dan cuaca ekstrim. Pada umumnya, di malam hari suhu akan menurun drastis. Bagi orang-orang yang tidak terbiasa hidup didaerah pegunungan maka hal ini akan sangat berpengaruh bagi kesehatan dan keselamatannya. Dalam hal perlindungan dari suhu dan cuaca, pakaian adalah pertahanan pertama bagi tubuh.

Pakaian yang digunakan untuk kegiatan pendakian adalah pakaian yang harus dapat memberikan perlindungan dari suhu dan cuaca pegunungan. Pakaian juga harus mampu membuat tubuh tetap kering dan hangat. Syarat selanjutnya adalah harus bisa memberikan isolasi dari udara dingin dan memberikan perlindungan dari panas serta kelembaban. Selain itu, keleluasaan gerak juga harus diperhatikan.
 
Untuk mendapatkan kriteria-kriteria tersebut di atas, setidaknya kita harus mengenal prinsip pelapisan pada pakaian. Berdasarkan prinsip pelapisan, lapisan yang banyak dari bahan tipis justru jauh lebih efektif dari pada sedikit lapisan tebal untuk melindungi tubuh kita dari paparan udara pegunungan. Dengan prinsip ini, temperatur tubuh dapat dikontrol dengan menambah atau mengurangi lapisan pada pakaian.

Didalam kegiatan pendakian, pengetahuan tentang prinsip pelapisan pakaian akan sangat bermanfaat sekali. Disini kita akan mencoba mempelajarinya satu persatu.

1. Lapisan Dasar.

Lapisan dasar adalah lapisan yang langsung bersentuhan dengan kulit kita atau bisa disebut juga dengan pakaian dasar. Selain itu, pakaian ini juga sering dinamakan Thermal Underwear. Tujuan utama dari lapisan ini adalah untuk menjaga kulit tetap kering,bukan menjaga atau mempertahankan panas tubuh. Hindari bahan katun untuk lapisan ini, walaupun bahan ini enak dipakai akan tetapi akan susah kering jika kena basah.

2. Lapisan kedua.

Lapisan kedua adalah lapian yang akan berhadapan langsung dengan uap lengas (berair dan lembab) badan yang dibawa keluar oleh lapisan dasar. Syarat utama lapisan ini adalah harus mampu melepaskan uap tanpa mengurangi daya isolasi kehangatannya. T-Shirt dan celana pendek atau celana panjang berbahan gabungan Nilon dan polyester dapat digunakan untuk lapisan ini.

3. Lapisan ketiga.

Lapisan selanjutnya, yaitu lapisan ketiga adalah lapisan yang berfungsi sebagai penghangat. Lapisan ini cocok dipakai saat berhenti di Base camp. Bahan yang sesuai untuk digunakan adalah material berbahan pile  dan pleece. Karakteristik dari bahan ini adalah ringan dan dapat memberikan kehangatan dalam kelembaban tinggi. Namun bahan ini tidak dapat bertahan dari serangan angin dingin, sehingga masih diperlukan lapisan lagi untuk menutupinya.

4. Lapisan keempat.

Yang terakhir adalah lapisan luar, tugas dari lapisan ini adalah untuk menjaga tubuh terhadap serangan angin dingin kencang saat berada di puncak. Syarat dari bahan yang digunakan haruslah mampu memberikan perlindungan terhadap udara dan angin yang lembab. Jika lapisan ini gagal, maka lapisan-lapisan sebelumnya akan sia-sia.

Prinsip pelapisan memudahkan dalam mengatur temperatur tubuh dengan cepat. Down jaket tebal atau sweater wool yang tebal memang memberikan kehangatan tapi tidak mempu memberikan fleksibilitas dalam pengaturan kehangatan.

Jadi dengan mengenal prinsip pelapisan pakaian dalam kegiatan mendaki gunung ini diharapkan kita dapat memilih pakaian yang akan di gunakan secara tepat, sehingga bahaya-bahaya yang diakibatkan oleh suhu dan cuaca ekstrim gunung dapat kita hindari.


Dari berbagai sumber.

Comments

Popular posts from this blog

Hutan Rawa dan Hutan Mangrove

  A. Hutan Rawa Pada umumnya hutan rawa ditemukan disekitar danau atau sungai tenang yang terlindung, pada pinggiran air tergenang, dan dalam lekuk. Hutan dalam rawa gelagah demikian itu serupa dengan rawa iklim sedang dan biasanya terdiri dari tumbuhan monokotil tegak, seperti misalnya spesies gelagah ( Phragmites ), papirus ( Cyperus Papyrus ), ekor kucing ( Typha ). Akar tumbuhan ini terendam, sedangkan tunasnya berada jauh diatas permukaan air. Akar dan tunasnya yang terendam air mempunyai rongga udara untuk membantu pengudaraan. Vegetasi rawa menghuni habitat berair tawar, pH masam sampai sangat masam dan jarang terdapat pH sampai 6, kecuali pada saat kondisi setelah hujan. Permukaan air yang turun naik menyebabkan terjadinya pengeringan tanah secara periodik yang membantu proses perubahan kimia tanah atau mempercepat laju dekomposisi bahan organik.

Curah Hujan

Curah hujan dinyatakan sebagai tinggi air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi, dan infiltrasi kedalam tanah. Curah hujan merupaka ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 mm, artinya dalam luasan 1 meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 mm atau tertampung air sebanyak 1 liter. Curah hujan kumulatif merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing-masing daerah perkiraan musim.

Aliran Permukaan, Evaporasi dan Infiltrasi

Pada artikel sebelumnya, yaitu tentang curah hujan sempat di singgung tentang aliran permukaan, evaporasi dan infiltrasi. Ketiga hal tersebut akan selalu terjadi didalam suatu siklus hidrologi. Secara sederhana, aliran permukaan, evaporasi dan infiltrasi di artikan sebagai proses mengalirnya bagian dari curah hujan diatas permukaan tanah, proses penguapan dan penyerapan air kedalam tanah. Pengertian aliran permukaan, evaporasi dan infiltrasi adalah sebagai berikut : Aliran Permukaan Aliran permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju sungai, danau dan lautan (Asdak, 1995) . Menurut Arsyad (2010) , aliran permukaan adalah air yang mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut bagian-bagian tanah. Aliran permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah, dalam hal ini tanah telah jenuh air. Sifat aliran permukaan seperti jumlah atau volume, laju atau kecepatan, dan gejolak aliran permukaan menentukan k