Curah hujan dinyatakan sebagai tinggi air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi, dan infiltrasi kedalam tanah. Curah hujan merupaka ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 mm, artinya dalam luasan 1 meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 mm atau tertampung air sebanyak 1 liter. Curah hujan kumulatif merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing-masing daerah perkiraan musim.
Tinggi air hujan tersebut menurut satuan internasional yang disepakati saat ini dinyatakan dalam satuan milimeter (mm). Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa curah hujan dihutan tropis sangat tinggi. Data curah hujan yang tercatat memang menunjukan angka yang besar, misalnya di Assam melebihi 11.000 mm/ tahun, di Bogor sekitar 4.500 mm/ Tahun. Angka tertinggi tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi lokal dan bersifat khusus. Secara umum, pada kawasan yang luas dan pengamatan yang berulang-ulang pada waktu yang lama, curah hujan dikawasan tropis hanya berkisar antara 2.500 s/d 4.000 mm/ tahun.
Pertumbuhan vegetasi tidak hanya ditentukan oleh total curah hujan, tetapi juga oleh distribusi hujan. Jumlah hujan yang sama dalam mm akan berbeda pengaruhnya jika tercurah pada waktu yang berlainan. Beberapa pakar geografi tumbuhan bahkan menyebutkan bahwa distribusi hujan tahunan jauh lebih penting dan besar pengaruhnya dibandingkan dengan total curah hujan tahunan. Total curah hujan tahunan yang tinggi tidak selalu terbagi merata pada setiap bulan dalam tahun tersebut. Di Assam seperti telah disebut sebelumnya, meskipun curah hujan tahunan tinggi, tetapi tidak terbagi merata sepanjang tahun. Sebaliknya ditempat lain dengan curah hujan tahunan yang jauh lebih rendah, mungkin terdistribusi merata setiap bulan. Meskipun demikian secara keseluruhan, jika suatu kawasan hutan tropis mempunyai total curah hujan tahunan yang rendah maka biasanya distribusi dihutan tropis tersebut juga tidak merata sepanjang tahun.
Distribusi hujan dapat dinyatakan dengan melihat data jumlah hari hujan atau bulan basah dan kering. Hari hujan dinyatakan sebagai suatu tempat yang mengalami hujan dengan angka curah hujan 0.5 mm atau lebih. Sedangkan bulan basah menurut Oldeman (1975), adalah suatu bulan dengan curah hujan > 200 mm dan bulan kering < 100 mm, diantara keduanya disebut sebagai bulan lembab yaitu (100-200) mm. Pakar lain membuat perhitungan yang berbeda, misalkan Schmidt dan Fergusson (1951) menyebutkan angka < 60 mm sebagai bulan kering dan > 100 mm sebagai bulan basah. Perbedaan tersebut muncul karena perbedaan pendekatan setiap pakar, misalnya ada yang membuat klasifikasi iklim berdasarkan potensial evapotranspirasi neraca air, hubungan iklim dan tipe vegetasi, hubungan iklim dan keseuaian tanaman pangan, perkebunan dan sebagainya.
Distribusi curah hujan bulanan dalam skala global dapat dikatakan sebagai fungis garis lintang. Disepanjang garis khatulistiwa terdapat titik panas sebagai akibat penyinaran matahari yang sangat intensif. Secara teoritis, titik-titik panas tersebut mengelilingi bumi di garis lintang rendah yang sering disebut sebagai Thermal Equator. Daerah titik-titik panas tersebut menyebabkan massa udara menjadi panas dan terangkat secara vertikal. Pengangkatan massa udara berlangsung besar-besaran karena energi panas yang tersedia berasal dari penyinaran matahari yang pada kawasan tropis mencapai zenit (titik puncak). Lintasan matahari terhadap bumi bergeser kearah utara dan selatan sampai titik terjauh 23 0 27’. Dengan demikian daerah titik-titik panas bergeser mengikuti lintasan matahari.
Jumlah massa udara yang besar dan terangkat didaerah titik panas akan merangsang terjadinya kondensasi dan pembentukan awan sehingga pada akhirnya menimbulkan hujan. Berdasarkan fenomena tersebut E. de Martonne (1958) membuat suatu diagram yang menunujukan hubungan antara garis lintang, bulan basah dan bulan kering, serta lintasan matahari dikawasan tropis. Meskipun ada pengecualian yang bersifat lokal namun diagram tersebut cukup baik sebagai gambaran umum distribusi hujan dikawasan tropis.
Menurut diagram tersebut, pada garis lintang rendah sampai sekitar 3 derajat LU atau LS terjadi hujan sepanjang tahun. Sedangkan kawasan tropis pada garis lintang antara 3 s/d 10 derajat baik ke arah utara ataupun selatan mengalami dua musim hujan dan dua musim kemarau. Namun demikian beberapa pengecualian terjadi karena pengaruh lokal, seperti topografi, landas benua dan kepulauan. Di Asia Tenggara, termasuk didalamnya Indonesia, distribusi hujan dipengaruhi pula oleh adanya angin Monsoon sehingga pada kawasan dengan garis lintang antara 3 s/d 10 derajat yang diduga mempunyai dua musim hujan dalam setahun, ternyata hanya turun sekali musim hujan.
Sumber : BMP Ekologi Hutan Tropis
makasih postingannya (y)
ReplyDeleteSama-sama kang, semoga bermanfaat :)
ReplyDeleteIjin share mas
ReplyDeleteMonggo gan, terima kasih sudah berkunjung
ReplyDelete