Skip to main content

Pembagian Hutan Hujan Tropis

Salam apresiasi buat temen-temen APRAK semua, selamat datang lagi di halaman ini tentunya halaman aprak-we.blogspot.com. Senang rasanya bila kami dari lungkungan komunitas keluarga APRAK dapat berbagi dan berkomunikasi dengan temen-temen dunia maya semua.
 
So…, kami tunggu komen-komen nya ya…
 
Baiklah, melanjutkan materi selanjutnya tentang Ekologi Hutan Tropis, sekarang kita akan membahas tentang pembagian hutan hujan tropis berdasarkan ketinggiannya. Berdasarkan ketinggiannya, hutan hujan tropis dapat di bagi menjadi tiga, yaitu :

    Hutan Hujan Bawah
    Hutan Hujan Tengah dan
    Hutan Hujan Atas


A. Hutan Hujan Bawah

Hutan hujan bawah merupakan tipe vegetasi klimaks hutan dataran rendah dan bukit dengan ketinggian mencapai 600mdpl. Pada zona ini terdapat beberapa zona hutan dengan tipe vegetasi ditentukan oleh sifat tanah (edafik), namun pada zona vegetasi dataran ditentukan lebih banyak oleh sifat iklim (klimatik).

Hutan hujan bawah berada pada ketinggian 0 s/d 1000 mdpl.

Di Indonesia dominasi tumbuhan masing-masing pulau berbeda. Familia Dipterocarpaceae di Kalimantan dan Sumatra jenis Aghatis, Ficus dan Castanopsis ditemukan di Jawa dan Nusa tenggara, sementara Palaqium, Pametia pinnata dan Diospyros di Indonesia bagian timur.

Hutan hujan bawah merupakan tipe vegetasi terkaya ekuatorial disertai tajuk yang tinggi dan adanya banyak strata didalamnya, seperti umumnya hutan hujan tropis.

Familia terpenting di Sumatera, semenanjung Malaysia, Kalimantan dan Filiphina adalah Dipterocarpaceae, dengan genus utama Shorea, Hopea, Dipterocarpus, Vatica dan Dryobalanops. Kelompok ini merupakan kerangka utama hutan, baik dalam hal isi kayunya maupun didalam bidang penutupan tajuk atas. Tajuk sering kali mencapai ketinggian 60 meter.

Familia yang penting pada hutan ini antara lain Burseraceae, Ebenaceae, Moraceae, Nyristicaceae, Myrtaceae, Sterculiaceae, Anacardiaceae, Tiliaceae, Rutaceae, Sapindaceae, Lauraceae, Meliaceae, Euphorbiaceae, Mimosaceae, Clusiaceae dan lain-lain.

Selain itu, banyak pula spesies memanjat dan terna. Kelompok lain yang menarik adalah Zingiberaceae, Impatiens dan Orchidaceae. Familia yang sangat jarang dijumpai adalah Asteraceae, Plantaginaceae, dan Lamiaceae. Ditemukan pula familia parasit, misalnya Loranthaceae, Rafflesiaceae, Orobanchaceae, Santalaceae dan Cuscutaceae.

B. Hutan Hujan Tengah

Hutan hujan tengah berada pada ketinggian 1000 s/d 3000 mdpl. Jenis dominan pada ketinggian ini adalah Quercus, Castanopsis dan Nothofagus dari familia Fagaceae.

Jenis ekonomis penting diwilayah ini misalnya pinus merkusii di Aceh dan Alibicia Imbricata di Indonesia bagian timur.

Hutan hujan tengah umumnya berada pada ketinggian 1000 s/d 1400 mdpl. Fisiognomi menyerupai hutan hujan tropis. Pohon berdiameter lebih kecil dibandingkan dengan pohon di hutan hujan bawah dan sering dijumpai spesies berakar papan, komposisinya juga agak berbeda.

Hutan ini kaya akan Anggrek (Orchidaceae) dan paku-pakuan (Pteridophyta).

Familia yang banyak ditemukan didaerah ini antara lain : Ranunculaceae, Violaceae, Campanulaceae, Gentioaceae, Centrelapidaceae, Lamiaceae, Caryophylaceae, dan Liliaceae.

Kelompok yang berkayu keras (hardwood) dijumpai dihutan ini antara lain : Ficus, Alstonia, Instia, Quercus junghuhnii, Toona Sureni, Albizia sp, Eugenia, Castanopsis acuminatissima merupakan pionir ditempat terbuka.

Daerah yang lebih tinggi ditemukan Podocarpus dan Araucaria yang menggantikan Aghatis sebagai pohon raksasa didaerah ini.

Komposisi spesies didaerah ini menyerupai flora beriklim sedang, terutama spesies terna. Akibat pengaruh selektif iklim, spesies-spesies berkayu sangat kurang. Hingga ketinggian 3000mdpl, podacarpus, Araucaria, dan Eugenia masih dapat dijumpai.

Di Irian Jaya, ketiga genus tersebut membentuk tegakan dengan jumlah terbatas serta pada pohon dijumpai lumut. Genus tersebut diikuti pohon tinggi konifer, seperti Araucaria, Libocedrus, Dacrydium, Phylocladus, sementara dari golongan tumbuhan berbunga (Anthophyta) ditemukan antara lain Eugenia dan Calophyllum. Bambu juga masih ditemukan pada daerah ini.

C. Hutan Hujan Atas

Terdapat pada ketinggian lebih dari 3000mdpl, biasanya pada ketinggian 3300 s/d 4100 mdpl. Kelompok hutan ini biasanya dipisahkan oleh padang rumput, dan belukar.

Spesies Dacrydium dan Podocarpus anggota familia Podocarpaceae dominan diwilayah ini. Di Irian Jaya atau Papua Barat dikuasai oleh phyllocladus, sementara batas pohon (timber line) merupakan batas teratas masih ditemukan pohon dapat terlihat jelas.

Lebih tinggi dari batas ini tidak dijumpai pohon, telah digantikan oleh semak cebol atau padang rumput, belukar dan selanjutnya merupakan daerah dengan kerikil tajam, tidak bervegetasi dan diikuti daerah selimut es abadi, misalnya puncak Jayawijaya atau Himalaya.

Hutan subalpin ditemukan pada ketinggin 3000 s/d 4000 mdpl. Batas pertumbuhan kayu terletak pada ketinggian 3000 mdpl, walaupun dibeberapa tempat ditemukan lebih tinggi lagi. Tipe disini lebih mendekati “hutan hujan temperata” dari pada sebagai “hutan hujan tropis”.

Perbedaanya adalah ditemukan “satu stratum” dari pohon kecil penutup tanah. Formasi ini lebih miskin spesies dari pada hutan pegunungan. Kebanyakan daerah ini diduduki oleh Ericaceae, sehingga lebih populer disebut sebagai “semak erica” (Ericaceus).

Spesies dominan didaerah ini adalah Papanea, Symplocas, Eurya, Leptospermum flavescens dan Myrica Javanica. Spesies khas lainnya adalah Scefflera, Albizzia, Pleotinia, Polyosma.

Terna penutup tanah lebih mendekati sifat penutupan daerah beriklim sedang, yakni terdapat Thalictruna, Boerming Hausenia, Valeriana, Gentiana, Primula, Ranunculus, Gaultheria, Pontentilla, Plectranthus, Parochetus, Berberis, Cerastium, Myriactis, Swertia dan lain-lain.

Demikian lah di setiap ketinggian hutan berdasarkan pengelompokan tersebut akan terdapat spesies tumbuhan khas yang dominan.

Hal ini terjadi salah satunya karena pada setiap kenaikan ketinggian tertentu maka akan ada perbedaan suhu dan tekanan udara yang secara langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah dan daya tahan spesies di lingkungan tersebut.

Demikian lah teman-teman meteri yang dapat kami sampaikan saat ini, terima kasih buat tema-teman semua, dan salam Apresiasi….



Sumber : BMP Ekologi Hutan Tropis

Comments

Popular posts from this blog

Hutan Rawa dan Hutan Mangrove

  A. Hutan Rawa Pada umumnya hutan rawa ditemukan disekitar danau atau sungai tenang yang terlindung, pada pinggiran air tergenang, dan dalam lekuk. Hutan dalam rawa gelagah demikian itu serupa dengan rawa iklim sedang dan biasanya terdiri dari tumbuhan monokotil tegak, seperti misalnya spesies gelagah ( Phragmites ), papirus ( Cyperus Papyrus ), ekor kucing ( Typha ). Akar tumbuhan ini terendam, sedangkan tunasnya berada jauh diatas permukaan air. Akar dan tunasnya yang terendam air mempunyai rongga udara untuk membantu pengudaraan. Vegetasi rawa menghuni habitat berair tawar, pH masam sampai sangat masam dan jarang terdapat pH sampai 6, kecuali pada saat kondisi setelah hujan. Permukaan air yang turun naik menyebabkan terjadinya pengeringan tanah secara periodik yang membantu proses perubahan kimia tanah atau mempercepat laju dekomposisi bahan organik.

Curah Hujan

Curah hujan dinyatakan sebagai tinggi air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi, dan infiltrasi kedalam tanah. Curah hujan merupaka ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 mm, artinya dalam luasan 1 meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 mm atau tertampung air sebanyak 1 liter. Curah hujan kumulatif merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing-masing daerah perkiraan musim.

Aliran Permukaan, Evaporasi dan Infiltrasi

Pada artikel sebelumnya, yaitu tentang curah hujan sempat di singgung tentang aliran permukaan, evaporasi dan infiltrasi. Ketiga hal tersebut akan selalu terjadi didalam suatu siklus hidrologi. Secara sederhana, aliran permukaan, evaporasi dan infiltrasi di artikan sebagai proses mengalirnya bagian dari curah hujan diatas permukaan tanah, proses penguapan dan penyerapan air kedalam tanah. Pengertian aliran permukaan, evaporasi dan infiltrasi adalah sebagai berikut : Aliran Permukaan Aliran permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju sungai, danau dan lautan (Asdak, 1995) . Menurut Arsyad (2010) , aliran permukaan adalah air yang mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut bagian-bagian tanah. Aliran permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah, dalam hal ini tanah telah jenuh air. Sifat aliran permukaan seperti jumlah atau volume, laju atau kecepatan, dan gejolak aliran permukaan menentukan k