Skip to main content

Struktur Hutan

DSC02691
Struktur hutan tropis adalah cara pengaturan atau pengorganisasian tumbuhan dalam hutan tropis. Pengaturan hutan tersebut dapat dilihat berdasarkan stratifikasi vertikal atau pengelompokan Synusia. Stratifikasi vertikal menggambarkan tingkatan tajuk dari pohon tertinggi hingga tumbuhan bawah yang ada dilantai hutan, sedangkan pengelompokan synusia adalah pengelompokan tumbuhan berdasarkan relung ekologi, peran atau bentuk hidupnya.
 
Pengelompokan synusia yang sederhana misalnya pohon, semak, liana, epifit dan parasit. Pohon dan semak tergolong kedalam kelompok tumbuhan yang secara mekanik bebas, karena kelompok tersebut tidak tergantung tumbuhan lain untuk mencapai sinar matahari atau menggunakan pohon lain sebagai penopang tumbuhnya. Liana, epifit dan parasit sangat tergantung pada tumbuhan lain baik sebagai penopang untuk mendapatkan sinar matahari atau bahan makanan (hara).

Kelompok synusia yang bebas terlihat secara vertikal membentuk tingkatan-tingkatan berdasarkan ketinggian tajuk. Stratifikasi yang demikian menjadi ciri utama hutan tropis.

Stratifikasi dimulai pada pohon tertinggi dengan tajuk rata-rata 45 s/d 55 meter. Pohon dengan tajuk tertinggi tersebut biasanya mempunyai tajuk yang tidak menyambung dari satu individu ke individu yang lain. Pohon tersebut hidup sendiri-sendiri atau berkelompok, tampak menonjol dibandingkan dengan strata dibawahnya. Strata pohon teratas ini sering disebut sebagai strata A. Strata A seringkali ditempati oleh jenis-jenis pohon anggota famili Dipterocarpaceae (meranti-merantian).

Dibawah atrata A terbentuk strata B dengan ketinggian tajuk sekitar 30 s/d 35 meter. Tajuk dalam strata B tersusun lebih rapat dan jika dilihat dari atas, tampak bahwa kekosongan pada tajuk yang ditempati strata A ditutupi oleh tajuk strata B. meskipun demikian masih terdapat celah tajuk pada strata B. Beberapa jenis pohon dari strata B masih dapat tumbuh untuk mengisi strata A dalam perkembangan lebih lanjut.

Dalam strata C lebih sedkit ditemukan celah tajuk sehingga kerapatan percabangan paling banyak ditemukan pada strata ini.

Strata D adalah jenis tumbuhan dengan ketinggian sekitar 1 meter. Jenis tersebut dapat berupa pohon muda, palem, dan paku-pakuan berukuran besar. Strata dibawahnya adalah strata E yang ditempati oleh anakan pohon, semak dan paku. Strata D dan E umumnya tumbuh terpencar tanpa kontinuitas tajuk dari satu individu ke individu lainnya.

Pembentukan strata ini merupakan suatu strategi bagi tumbuhan untuk dapat menggunakan sumber energi yaitu cahaya matahari secara efisien.

Comments

Popular posts from this blog

Hutan Rawa dan Hutan Mangrove

  A. Hutan Rawa Pada umumnya hutan rawa ditemukan disekitar danau atau sungai tenang yang terlindung, pada pinggiran air tergenang, dan dalam lekuk. Hutan dalam rawa gelagah demikian itu serupa dengan rawa iklim sedang dan biasanya terdiri dari tumbuhan monokotil tegak, seperti misalnya spesies gelagah ( Phragmites ), papirus ( Cyperus Papyrus ), ekor kucing ( Typha ). Akar tumbuhan ini terendam, sedangkan tunasnya berada jauh diatas permukaan air. Akar dan tunasnya yang terendam air mempunyai rongga udara untuk membantu pengudaraan. Vegetasi rawa menghuni habitat berair tawar, pH masam sampai sangat masam dan jarang terdapat pH sampai 6, kecuali pada saat kondisi setelah hujan. Permukaan air yang turun naik menyebabkan terjadinya pengeringan tanah secara periodik yang membantu proses perubahan kimia tanah atau mempercepat laju dekomposisi bahan organik.

Curah Hujan

Curah hujan dinyatakan sebagai tinggi air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi, dan infiltrasi kedalam tanah. Curah hujan merupaka ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 mm, artinya dalam luasan 1 meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 mm atau tertampung air sebanyak 1 liter. Curah hujan kumulatif merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing-masing daerah perkiraan musim.

Aliran Permukaan, Evaporasi dan Infiltrasi

Pada artikel sebelumnya, yaitu tentang curah hujan sempat di singgung tentang aliran permukaan, evaporasi dan infiltrasi. Ketiga hal tersebut akan selalu terjadi didalam suatu siklus hidrologi. Secara sederhana, aliran permukaan, evaporasi dan infiltrasi di artikan sebagai proses mengalirnya bagian dari curah hujan diatas permukaan tanah, proses penguapan dan penyerapan air kedalam tanah. Pengertian aliran permukaan, evaporasi dan infiltrasi adalah sebagai berikut : Aliran Permukaan Aliran permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju sungai, danau dan lautan (Asdak, 1995) . Menurut Arsyad (2010) , aliran permukaan adalah air yang mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut bagian-bagian tanah. Aliran permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah, dalam hal ini tanah telah jenuh air. Sifat aliran permukaan seperti jumlah atau volume, laju atau kecepatan, dan gejolak aliran permukaan menentukan k